![]() |
Salah satu view Tanjung Duriat(By Instagram @aivarhiev) |
Melihat antusiasme pengunjung, sepertinya apa-apa yang ditargetkan mulai tercapai, waduk yang pembangunannya memakan waktu hingga lebih dari setengah abad ini menjadi objek wisata baru yang menyedot banyak wisatawan. Tak hanya itu, waduk yang limpahan airnya digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian di daerah Pantura ini juga memunculkan objek-objek wisata baru di pinggirannya, bagai jamur di musim penghujan. Salah satu tempat wisata seperti yang dimaksud adalah Wisata Tanjung Duriat di Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu.
Desa Pajagan sendiri merupakan daerah yang berada di pinggiran Waduk Jatigede. Namun berbeda dengan Cisema yang juga menjadi objek wisata di sekitaran waduk, kontur tanah di Tanjung Duriat jauh lebih tinggi dari area genangan, ini menjadikan keduanya mempunyai daya tarik yang berbeda. Jika di Cisema kita ditawarkan sensasi "wisata air" seperti berperahu, memancing, dan sejenisnya, di Tanjung Duriat kita lebih ditawarkan konsep wisata alam dengan pemandangan berupa landscape Waduk Jatigede sebagai daya tarik utamanya.
Lihat : Berwisata Ke "Pantai" Cisema
Lokasi Tanjung Duriat tidak bersentuhan langsung dengan bibir genangan, karenanya kita bisa menikmati pemandangan Waduk Jatigede dari sudut yang berbeda. Jangan bayangkan udara waduk yang panas, tempat wisata yang berdiri di lahan Perum Perhutani dan merupakan kerjasama antara Perhutani KPH Sumedang dengan LMDH Desa Pajagan ini berada di sebuah bukit dengan vegetasi tumbuhan yang menyejukkan, tempat ini lebih menawarkan nuansa hutan/alam.
Tempat wisata yang masih dalam tahap pembenahan/renovasi ini berada di lokasi yang nyaman dan strategis, dimana panasnya udara waduk tidak terasa tapi keindahan waduknya sendiri bisa dilihat dengan jelas. Tentu, itu membuatnya sangat potensial untuk terus dikembangkan. Dan memang, kedepan, juga akan dibuat camping ground, taman dan lainnya di Tanjung Duriat ini. Untuk memasukinya, kita hanya harus membayar tiket masuk sebesar Rp.5000 ditambah biaya parkir Rp.2000 untuk sepeda motor dan Rp.5000 untuk mobil. Tentu ini menjadi alternatif wisata yang sangat terjangkau di Sumedang.
Tanjung Duriat, unik ya namanya? Orang Sunda mungkin akan mesem-mesem mendengar nama ini, Duriat sendiri dalam bahasa Sunda berarti asmara, kasih sayang. Lalu darimana awal mula tercetusnya nama Tanjung Duriat untuk tempat wisata ini? Ternyata nama ini diambil dari posisi atau letak geografis tempat wisata yang bersangkutan dimana daratannya menjorok ke arah waduk, karenanya ia disebut Tanjung, sama dengan daratan yang menjorok ke lautan.
Sedangkan kata Duriat diambil dari keromantisan yang bisa kita rasakan di tempat ini, ya, karena di sini kita bisa melihat berbagai keindahan, mulai dari terbit sampai terbenamnya bulan dan matahari dengan latar badan bendungan secara utuh, pelangi dikala hujan, sampai pemandangan indah di setiap penjuru tanjung berupa bentangan alam waduk dan pegunungan. Tentu semua keindahan yang ada sangat cocok bagi sepasang kekasih untuk makin merekatkan hubungan mereka. Dari situlah nama Tanjung Duriat terbentuk, tanjung dan duriat menjadi padanan pas untuk mendeskripsikan ciri khas dari tempat wisata ini.
Desa Pajagan sendiri merupakan daerah yang berada di pinggiran Waduk Jatigede. Namun berbeda dengan Cisema yang juga menjadi objek wisata di sekitaran waduk, kontur tanah di Tanjung Duriat jauh lebih tinggi dari area genangan, ini menjadikan keduanya mempunyai daya tarik yang berbeda. Jika di Cisema kita ditawarkan sensasi "wisata air" seperti berperahu, memancing, dan sejenisnya, di Tanjung Duriat kita lebih ditawarkan konsep wisata alam dengan pemandangan berupa landscape Waduk Jatigede sebagai daya tarik utamanya.
Lihat : Berwisata Ke "Pantai" Cisema
Lokasi Tanjung Duriat tidak bersentuhan langsung dengan bibir genangan, karenanya kita bisa menikmati pemandangan Waduk Jatigede dari sudut yang berbeda. Jangan bayangkan udara waduk yang panas, tempat wisata yang berdiri di lahan Perum Perhutani dan merupakan kerjasama antara Perhutani KPH Sumedang dengan LMDH Desa Pajagan ini berada di sebuah bukit dengan vegetasi tumbuhan yang menyejukkan, tempat ini lebih menawarkan nuansa hutan/alam.
Tempat wisata yang masih dalam tahap pembenahan/renovasi ini berada di lokasi yang nyaman dan strategis, dimana panasnya udara waduk tidak terasa tapi keindahan waduknya sendiri bisa dilihat dengan jelas. Tentu, itu membuatnya sangat potensial untuk terus dikembangkan. Dan memang, kedepan, juga akan dibuat camping ground, taman dan lainnya di Tanjung Duriat ini. Untuk memasukinya, kita hanya harus membayar tiket masuk sebesar Rp.5000 ditambah biaya parkir Rp.2000 untuk sepeda motor dan Rp.5000 untuk mobil. Tentu ini menjadi alternatif wisata yang sangat terjangkau di Sumedang.
Tanjung Duriat, unik ya namanya? Orang Sunda mungkin akan mesem-mesem mendengar nama ini, Duriat sendiri dalam bahasa Sunda berarti asmara, kasih sayang. Lalu darimana awal mula tercetusnya nama Tanjung Duriat untuk tempat wisata ini? Ternyata nama ini diambil dari posisi atau letak geografis tempat wisata yang bersangkutan dimana daratannya menjorok ke arah waduk, karenanya ia disebut Tanjung, sama dengan daratan yang menjorok ke lautan.
Sedangkan kata Duriat diambil dari keromantisan yang bisa kita rasakan di tempat ini, ya, karena di sini kita bisa melihat berbagai keindahan, mulai dari terbit sampai terbenamnya bulan dan matahari dengan latar badan bendungan secara utuh, pelangi dikala hujan, sampai pemandangan indah di setiap penjuru tanjung berupa bentangan alam waduk dan pegunungan. Tentu semua keindahan yang ada sangat cocok bagi sepasang kekasih untuk makin merekatkan hubungan mereka. Dari situlah nama Tanjung Duriat terbentuk, tanjung dan duriat menjadi padanan pas untuk mendeskripsikan ciri khas dari tempat wisata ini.