Quantcast
Channel: My Sumedang
Viewing all 114 articles
Browse latest View live

Curug Cakra, Potensi Wisata Kecamatan Wado

$
0
0
Curug Cakra di Desa Ganjaresik, Wado
Curug Cakra di Desa Ganjaresik, Wado
Selamat sore sahabat. Masih menelusuri curug atau air terjun yang belum begitu terekspose dan terangkat potensinya di Sumedang, jika kemarin kita membahas Curug Ciwalur di Kecamatan Jatinunggal, maka kali ini kita akan sedikit mengeksplorasi curug lainnya yang sama-sama menantang dan cocok bagi sobat yang senang jajarambahan, Curug Cakra namanya. Ya, curug atau air terjun yang berada di Desa Ganjaresik, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang ini bisa masuk list berlibur bagi sobat yang senang ngabolang atau jajarambahan.

Curug Cakra, atau biasa juga disebut Curug Cikareo, merupakan air terjun eksotis yang mempunyai ketinggian sekitar tiga puluh meter-an. Deru air yang tercurah vertikal dari air terjun bertipe tunggal ini akan terdengar bergemuruh ketika menghantam kolam air yang terbentuk di dasar air terjun. Gemuruh airnya akan memberikan efek rileksasi bagi siapa saja yang mendengarnya.

Tentu, itu akan sangat menggoda bagi para petualang yang ingin berkunjung ke lokasi, tapi harap dicatat baik-baik, jika ingin mengunjungi curug ini, sebelumnya sobat harus menyiapkan stamina sebaik mungkin, dan jangan lupa membawa perbekalan. Itu karena, untuk mencapai curug ini benar-benar tidak mudah. Mereka yang ingin melihat keindahannya harus terlebih dahulu melewati jalan setapak, kebun pinus, ladang milik penduduk, sampai sungai-sungai.

Dari jalan utama ke arah Sukanyiru, perjalanan akan dimulai dengan menapaki jalan setapak sepanjang kurang lebih 1,2 Km menuju kawasan hutan pinus. Kontur tanah yang menanjak dan menurun akan ditemui sepanjang perjalanan menuju curug yang berada di kawasan blok hutan pinus milik perhutani ini.

Sampai titik tersebut, sobat masih bisa menaiki kendaraan roda dua, bahkan jika keadaan jalan setapak yang ada di hutan kering atau tidak becek, sobat bisa membawa sepeda motor sampai ke tengah hutan, namun jangan lupa membawa kunci ganda dan lain-lain sebagai langkah antisipasi menjaga keamanan kendaraan.

Setelah perjalanan yang kurang lebih memakan waktu setengah jam dari jalan utama tersebut, atau satu jam dari kecamatan Wado, sobat akan memasuki ladang milik penduduk, dari situ kita sudah tidak bisa lagi memakai kendaraan karena kontur tanah akan semakin curam dan mustahil bisa dilewati kendaraan.

Karena sulitnya medan jalan itulah, sampai saat ini curug yang berada di balik hutan ini masih sangat jarang dikunjungi. Jangankan wisatawan dari luar kota, orang Sumedangnya sendiri mungkin belum banyak yang tahu tentang keberadaan Curug Cakra ini, karena memang kurang terekspose sebagai salah satu potensi wisata yang ada di Sumedang.

Mereka yang berkunjung hanya warga sekitar, dan para petualang yang kebetulan melintas via Lemah Sugih dengan tujuan Sumedang atau Malangbong. Kebanyakan mulai mengetahui keberadaan curug ini berdasar kabar dari mulut ke mulut.

Di tempat air terjun ini berada, kita bisa melihat pemandangan yang sangat indah dan udara yang masih bersih. Binatang-binatang liar bisa dijumpai di sepanjang perjalanan sampai lokasi air terjun, seperti ular, burung, dan satwa hutan lainnya. Itu semua dijamin akan memberikan sensasi berbeda bagi siapa saja yang berkunjung ke curug ini.

Namun, berhubung air terjun ini berada di dalam hutan yang masuk kategori hutan liar, sangat tidak disarankan berkunjung ke sini seorang diri, berkunjung dalam kelompok sedang bisa menjadi pilihan agar tetap lebih waspada dan bisa saling mengingatkan.

Sayangnya, meski sangat potensial untuk dijadikan objek wisata, sampai saat ini Curug Cakra atau Curug Cikareo sama sekali belum dikelola oleh pihak manapun, adapun oleh penduduk, air yang berasal dari air terjun hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, dengan mengalirkannya melalui pipa-pipa, dimana pipa-pipa itu juga bisa dijadikan sebagi penunjuk jalan untuk sampai ke lokasi.

Mudah-mudahan saja kedepannya, Curug Cakra atau Curug Cikareo di Desa Ganjaresik Kecamatan Wado ini bisa lebih terekspose dan menjadi salah satu daya tarik wisata air terjun di Sumedang, seperti Curug Gorobog, Curug Ciputrawangi, Curug Cinulang, Curug Sabuk, dan curug-curug lainnya yang sudah lebih dulu dikenal khalayak.

Bagaimana sobat? Berminat untuk mengunjungi Curug Cakra ini? Jika iya, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan hindari perilaku-perilaku yang bisa merusak alam ya.

Photo by : Asep Sofian

Kampung Karuhun, Eco Green Park-nya Sumedang

$
0
0
Kampung Karuhun Sumedang
Wisata alam yang segar dengan lingkungan hutan bisa kita jumpai di Eco Green Park Kampung Karuhun. Obyek rekreasi keluarga ini terletak di Blok Cibingbin, Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang atau sekitar tujuh kilometer ke arah timur dari Alun-alun Sumedang.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi obyek wisata terpadu ini kita disuguhi pemandangan pedesaan, perbukitan, sawah dan pepohonan rindang. Akses jalan pun sudah bagus dengan lapisan hotmix. 

Mengunjungi area wisata ini sebaiknya sejak pagi hari hingga malam menjelang agar wisata alam kita 'wareg' atau kenyang seharian ada di hutan. Biasanya pengunjung selalu membeludak setiap akhir pekan atau hari Sabtu dan Minggu. 

Sesampainya di tujuan, tiket masuk hanya Rp 5.000/orang. Tapi sebelumnya pengunjung akan ditawari oleh pihak pengelola Kampung Karuhun untuk menanam pohon. 

"Nantinya setiap tamu kita kasih bibit pohon untuk ditanam di lahan desa, atau bisa juga mereka sendiri yang membawa bibit pohonnya, bisa menanamnya sendiri atau bisa juga meminta pihak pengelola yang menanamnya," kata H Nana Mulyana, pemilik Kampung Karuhun saat ditemui Balebandung.com, Minggu (31/1/16).

Masuk ke area wisata Kampung Karuhun, lantas kita bisa berjalan-jalan dengan suasana alam pedesaan atau berkeliling menikmati berbagai fasilitas yang ada bahkan bisa berpetualang dengan wisata adventure yang tersedia, naik sepeda gunung, untuk kegiatan outbond lengkap dengan segala fasilitas dan permainannya.

Menjelang makan siang, bisa kembali ke tempat semula untuk menikmati hidangan makan siang yang ada, Nasi Liwet Karuhun atau Nasi Cobek Lengkap dengan sambal khas Kampung Karuhun di Saung Budaya atau Saung Lesehan yang bernuansa alam terbuka. Terdapat pula Warung Kampung yang menyajikan jajanan tradisional seperti baso, bajigur, surabi, colenak, dan sejenisnya.
Salah Satu Sudut di Kampung Karuhun
Sungai Cihonje yang berair jernih tampak membelah Kampung Karuhun. Suasana hutan yang asri dan nyaman ini cocok untuk pertemuan dan pesta. Kampung Karuhun memang merupakan kawasan wisata terpadu di Sumedang yang terdiri berbagai macam fasilitas rekreasi dengan suasana pedesaan yang cocok sebagai tempat keluarga bersantai dan menghabiskan waktu liburan. 

Dengan konsep Eco Green Park, Kampung Karuhun disiapkan untuk kawasan wisata berwawasan lingkungan dengan beragam fasilitas diantaranya meeting room, meeting outdoor, wedding outdoor, kolam renang dan waterboom, camping ground, futsal lumpur dan adventure ATV, dan Saung Budaya.

Nikmati Nasi Liwet Karuhun Diiringi Alunan Musik Tradisional

Di Saung Budaya kita bisa menyaksikan pagelaran seni tradisional Jawa Barat seperti kacapi suling sambil menikmati makanan khas Nasi Liwet Karuhun dan Nasi Cobek. Kampung Karuhun juga menyediakan restoran dengan berbagai macam menu khas Sunda. Selain menampilkan alunan musik Sunda, di Saung Budaya juga biasa tampil musik live kontemporer yang dibawakan anak muda band asal Sumedang.

Tersedia juga fasilitas Saung Lesehan untuk tempat makan yang terdapat di pinggir Sungai Cihonje. Kita dapat menikmatai santapan lezat sambil memandang Sungai Cihonje yang melintas di Kampung Karuhun dengan air jernihnya.

Di samping tempat lesehan, terdapat pula kolam ikan yang bisa dijadikan terapi ikan yang makin melengkapi fasilitas penangkal berlibur para wisatawan.

Renang di Tengah Hutan atau Mandi di Sungai

Kolam renang untuk dewasa dan anak-anak juga ada di Kampung Karuhun dengan tiket masuk kolam hanya Rp 10 ribu. Kolam renang dengan air kolam yang asli dari sungai jernih dan mata air pegunungan mampu menghadirkan sensasi berenang di tengah hutan, begitu pula dengan waterboom-nya. 
Sungai Cihonje, Airnya Sangat Jernih
Kalau pun kita lebih memilih mandi atau berenang di Sungai Cihonje, itu akan berasa lebih nikmat liburannya. Bahkan kita bisa bisa asik mandi di sungai yang berhulu di Curug Cigorobog ini sambil mendengarkan alunan musik tradisional Sunda dari Pojok Seni yang dibangun di atas Sungai Cihonje. Sambil mandi di sungai terdengar alunan kacapi suling atau mendengarkan alunan musik khas tradisional Songah (Songsong Citengah) yang terbuat dari bambu ciptaan seniman setempat Kang Ulis Sunarya.

"Kalau mandi di sungai ini, dijamin stress pun hilang. Sebab airnya benar-benar asli dari mata air pegunungan yang segar sehingga mampu meresap ke dalam tubuh. Bahkan air sungainya pun sudah bisa langsung diminum," kata Nana.

Menginap di Pinggir Sungai Tengah Hutan 

Tersedia pula hunian sementara atau camping hut yang dibangun di pinggir Sungai Cihonje dengan berbagai tipe jika ingin menginap di Kampung Karuhun. Kita bisa menikmat sensasi camping di pinggir sungai di mana malam tiba terdengar gemericik sungai dan suara berbagai binatang di tengah hutan masih kerap terdengar seperti suara monyet, surili ataupun lutung.

Tarif menginap di Camping Hut ini cukup Rp 250.000 per kamar tipe Uncal, Surili dan Merak. Setiap kamarnya bisa ditempati hingga empat orang. Selain Camping Hut, di Kampung Karuhun juga tersedia resort untuk menginap atau biar seru lagi kita bisa memasang tenda sendiri untuk menginap di hutan Kampung Karuhun ini.

Futsal Lumpur dan Adventure

Tentu saja dengan konsep wisata hutan ini tersedia fasilitas outbond dan adventure. Tersedia pula All Terrain Vehicle (ATV) untuk menjajal track hutan Kampung Karuhun dengan berkendara ATV. 

Uniknya lagi di Kampung Karuhun tersedia pula lapangan futsal lumpur, untuk bermain futsal di lapangan terbuka dengan kondisi lapangan berlumpur, tidak seperti lapang futsal kebanyakan yang indoor dan berlantai semen atau rumput sintetis.

Sebelum pulang, pengunjung bisa singgah di Sentra Oleh-Oleh Kampung Karuhun yang berisikan makanan, minuman atau produk khas Sumedang lainnya.

Interaksi Masyarakat dengan Obyek Wisata

Seperti yang dialami pengunjung asal Bogor, Ny Ela Fadillah dari Komunitas Jeep, yang mendapatkan door prize produk sarung handphone yang terbuat dari kulit pohon jambe, produk khas buatan masyarakat Citengah.

Ela menuturkan, dirinya sekeluarga tahu Kampung Karuhun dari temannya sesama penyuka jalan-jalan. Menurut Ela, untuk menuju Kampung Karuhun cukup mudah setelah keluar dari Tol Cileunyi. Lokasinya gampang ditemukan, tidak terlalu ribet arahnya dan tidak terkena macet. Ela pun terkesan dengan suasana khas Kampung Karuhun.

"Bagus konsep wisata alamnya, pemandangan yang cocok udara yang segar, makanannya juga enak-enak. Tapi di Kampung Karuhun ini yang bikin terkesan sekali itu waktu kita makan siang sambil diiringi musik tradisional sunda kacapi suling secara live, dibuai angin segar sepoi-sepoi. Keren banget itu! Baru kali ini saya alami selama saya berwisata alam," ungkap Ela yang hobby berwisata alam ini.

Eco Green Park Kampung Karuhun dan Masyarakat Setempat

Sebagai Eco Green Park, Kampung Karuhun lebih banyak melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan obyek wisatanya. Interaksi yang terjalin pada obyek wisata ini merupakan interaksi positif berupa kerjasama. 

Gagasan pariwisata berdasarkan potensi dan dukungan serta gagasan yang ada untuk mewujudkan Kabupaten Sumedang menjadi daerah wisata yang dapat diunggulkan, maka dicarilah lahan yang dapat dijadikan kawasan wisata dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari kota atau pusat pemerintahan di sekitar Alun-alun Sumedang. 

Pelaksanaan gagasan sesuai dengan hasil pertimbangan dan pengamatan lapangan, maka ditemukanlah area lahan seluas 1 hektar di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, yang lokasinya hanya 7 km dari Pemda Sumedang. 

Dengan kesepakatan Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan dan Pemerintahan Kabupaten Sumedang serta izin dari Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat, maka dimulailah rencana pengembangan kawasan wisata tersebut dengan nama Kawasan Wisata Eco Green Park Kampung Karuhun

Dari awal pembangunan sejak pertengahan 2015 lalu, sudah terlihat adanya kerjasama yang sinergis dari pencetus, masyarakat sekitar, dan juga pemerintahan daerah baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat provinsi. Begitu pula kini kerjasama masih terjalin dengan baik, apalagi melihat potensi wisatawan yang dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat kian berpeluang besar. 

Masyarakat sekitar turut andil dalam memajukan obyek wisata ini sebagai sumber daya manusianya. Ada yang bekerja sebagai pengelola, penjaga keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan dan minuman, tukang parkir, tukang karcis, trainer-trainer outbond dan bahkan masyarakat sekitar yang tidak turut langsung dalam bidang pekerjaan di sana tetap memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan obyek wisata ini. Misalnya petani atau warga sekitar yang ada di sana, dengan bersikap ramah tamah terhadap pengunjung atau menunjukan jalan apabila ada yang tersesat ketika berekreasi.
Live Performance di Saung Budaya Kampung Karuhun
Kampung Karuhun ini dibangun oleh H Nana Mulyana, seorang pengusaha, Direktur PT Nuansa Aluminium, yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat (Kadin Jabar). Nana berkeinginan untuk mengembangkan tempat yang tadinya kurang terurus dan tidak produktif yang berada di sekitar hutan Desa Citengah Sumedang dijadikan kawasan wisata. 

Menurut Nana, di Sumedang dirasakan masih sangat kurang adanya obyek wisata untuk dapat menarik pengunjung secara massal dalam satu tempat dengan segala fasilitas yang lengkap demi kepuasan para pengunjung. 

Konsep wisata inilah yang dapat dikembangkan sesuai dengan keberadaan Kabupaten Sumedang yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya serta alam pegunungan dan hutan yang masih asri ditunjang dengan visi Kabupaten Sumedang menjadi daerah agro bisnis dan pariwisata serta misi pariwisata kabupaten Sumedang mewujudkan daerah pariwisata budaya dan pariwisata lingkungan.

"Kampung Karuhun sampai sekarang masih dalam tahap pengembangan. Nantinya juga akan ada penangkaran rusa, spa dan sauna termasuk pijat message, dan flying fox," sebut Nana.

Sebagai daerah yang terancam dengan adanya pembangunan Jalan Tol Cisumdawu, menurut Nana Sumedang bisa jadi terancam seperti halnya Purwakarta setelah dibangun Tol Cipularang. 

"Jadi, Sumedang harus bisa bangkit terutama dari sektor pariwisatanya. Sumedang harus maju dan bangkit melalui gerakan wirausaha. Sebab Sumedang ini ibaratnya mutiara yang harus terus menerus digosok sehingga menjadi perhiasan yang sangat bernilai," kata Nana.

Karena itulah berdasarkan mapping potensi yang bisa dijual dari Sumedang, Nana memilih sektor pariwisara. Ia pun membeli lahan seluas satu hektare yang tadinya tidak terurus dan dirasa sulit untuk dikembangkan.

"Saya ingin Kampung Karuhun ini menjadi icon wisatanya Kabupaten Sumedang. Apalagi konsep eco green park seperti ini sangat berdaya saing di tengah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Eropa. Pengalamanan saya selama berkeliling di Asia Tenggara, belum pernah ada tempat wisata dengan konsep eco green park seperti Kampung Karuhun ini," pungkas Nana.

*dicopas dari : Bale Bandung - Kampung Karuhun
*image by : instagram @kampungkaruhun

Curug Ciwangi, Curug Eksotis di Desa Krisik

$
0
0
Menikmati Dingin & Jernihnya Air Curug Ciwangi
Menikmati Dingin & Jernihnya Air Curug Ciwangi
Selamat pagi, siang, sore, malam para pecinta alam. Kebanyakan dari kita sepakat, bahwa mengunjungi air terjun (atau dalam bahasa Sunda disebut curug) lebih mengasyikan di musim penghujan dari pada di musim kemarau, ya, apalagi alasannya jika bukan karena debit airnya. Di musim penghujan, sudah dapat dipastikan debit air terjun yang tercurah jauh lebih besar.

Itu sebabnya, berhubung sekarang sedang musim penghujan, kali ini admin ingin mengajak sobat semua untuk mengeksplorasi salah satu air terjun yang ada di Kabupaten Sumedang. Air terjun yang satu ini keberadaannya belum diketahui banyak orang, belum dikelola, serta belum dimaksimalkan sebagai daya tarik wisata. Dengan demikian, curug ini 100% masih alami, belum tercemar tangan-tangan jahil, dan tentu saja tidak dipungut retribusi jika ingin mengunjungi serta mengagumi keindahannya.

Curug Ciwangi, begitulah nama air terjun ini biasa disebut. Curug yang berada di Desa Krisik, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang ini terdiri dari dua buah air terjun yang berdampingan dan terpisah dengan jarak kira-kira satu sampai dua meter saja. Airnya yang jernih dan tercurah deras, tentu akan memanjakan siapa saja yang mengunjunginya. Bagi yang ingin berbasah-basah ria di lokasi, tidak usah ditanya lagi bagaimana kesegaran airnya.

Dua air terjun di Curug Ciwangi ini memiliki ketinggian yang berbeda, yaitu sekitar 20 dan 15 meter. Keduanya masing-masing dialirkan ke daerah yang berbeda pula, untuk curug yang besar dengan tinggi kira-kira 20 meter dialirkan ke daerah Babakan, sedang yang lainnya dialirkan ke daerah Hampo.
Menikmati Dingin & Jernihnya Air Curug Ciwangi
Menikmati Dingin & Jernihnya Air Curug Ciwangi
Kendati dialirkan ke dua tempat yang berbeda, kedua air terjun ini tetap memiliki fungsi yang sama. Ya, air terjun yang terletak di sebuah hutan di Desa Krisik ini airnya baru dimanfaatkan sebatas untuk sarana pengairan, dimana sebagian besar dialirkan langsung ke sawah-sawah, dan sebagian kecilnya dimanfaatkan penduduk dengan dialirkan ke rumah-rumah.

Jangan dulu terkejut ketika mendengar curug ini berada di tengah hutan, jangan bayangkan kita akan berlelah-lelah jalan berjam-jam seperti menuju Curug Cipongkor, Curug Sabuk, Curug Ciwalur, Curug Cakra, dan curug-curug belantara lainnya di Sumedang. Karena meskipun terletak di tengah hutan, curug ini relatif lebih mudah dijangkau.

Dari pemukiman atau rumah penduduk terakhir yang bisa kita temui, terhitung hanya dengan kira-kira 20 menit perjalanan saja kita sudah bisa sampai di lokasi, dengan track jalan yang cukup mudah untuk kategori hutan. Tapi tentu, kendaraan yang kita bawa tidak akan bisa sampai ke lokasi, harus dititipkan di rumah penduduk yang bersedia. Jadi ketika sampai di Desa Krisik, tinggal tanya saja dimana Curug Ciwangi ini berada, pasti semua akan mengetahui dan mengarahkan kita ke lokasi. Di perjalanan, kita akan melewati sawah-sawah dan pemandangan yang akan memanjakan mata

Bagaimana, sobat? Tertarik untuk mengunjungi Curug Ciwangi di Desa Krisik ini? Jika iya, bolehlah langsung dijajal, tapi jangan lupa sopan santun pada alam, jangan dirusak dan dikotori, kita jaga bersama keindahan alam Sumedang ini sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan pemilik semesta alam. Jangan corat-coret, jangan buang sampah sembarangan, kalaulah tidak mau disebut kampungan.

*special thanks to : instagram @zulfyhn - @sumedang_juara - @rafimlkn - @rickynoerhikmah - @subhanmauludi - @aseprizal - @ridwanfauzulm - @sulthanadikusuma - @srijayantirahmah - @sheravinaoktaviani

Curug Cadasri, Appetizer-nya Curug Ciwalur

$
0
0
Curug Cadasri Jatinunggal Sumedang
Memandangi Curug Cadasri, Jatinunggal
Selamat malam sahabat. Appetizer? maksudnya hidangan pembuka? Iya, hidangan pembuka, lalu apa hubungannya dengan curug atau air terjun dalam judul artikel kali ini? Kurang lebih maksudnya memang pembuka, atau pemanasan sebelum menuju menu air tejun utama yang akan dikunjungi.

Ya, apa sobat punya rencana menghabiskan akhir pekan dengan mengeksplorasi alam? Jika iya, sobat bisa coba berkunjung ke salah satu air terjun yang ada di Sumedang, Curug Ciwalur namanya. Air terjun yang berada di Dusun Pasir Padang, Desa Jatinunggal, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang ini belakangan memang sering dikunjungi dan dijadikan salah satu list adventure oleh mereka-mereka pecinta alam Sumedang yang hobi ngabolang atau jajarambahan.

Anggaplah Curug Ciwalur adalah menu utama yang akan dituju, di perjalanan menuju lokasi, sobat juga bisa menemukan curug lain yang tak kalah indah, masih di Dusun Pasir Padang, Desa Jatinunggal, Kecamatan Jatinunggal, Curug Cadasri namanya. Curug Cadasri, air terjun ini memang lebih kecil dibanding Curug Ciwalur, tapi tentu tetap memiliki daya tarik seperti air terjun lainnya.

Ya, sebelum menikmati hidangan utama yaitu eksotisme Curug Ciwalur yang mempunyai ketinggian sekitar dua puluh meter-an, sobat bisa terlebih dahulu beristirahat dan memandangi Curug Cadasri yang mempunyai ketinggian sekitar sepuluh sampai tiga belas meter-an ini. Itu karena, keberadaan Curug Cadasri ini memang satu jalan, satu track dengan jalan menuju Curug Ciwalur. Sayangnya, seringnya air terjun ini terlewatkan begitu saja oleh mereka yang hendak menuju Curug Ciwalur karena mengambil track jalan yang berbeda.

Jika mengambil jalur yang benar, malah, untuk menikmati keindahan Curug Cadasri ini sebelumnya sobat tidak perlu bersusah payah menerobos sawah dan hutan seperti halnya jika akan menuju ke Curug Ciwalur, karena air terjun ini masih dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor.

Barulah setelah lewat curug ini, kendaraan bisa disimpan di tempat yang aman untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Curug Ciwalur. Jika sudah hapal jalan dan medannya, dari Curug Cadasri lanjut ke Curug Ciwalur bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar empat puluh lima menitan. Tapi bagi yang belum hapal, tentu akan memakan waktu lebih lama dan harus banyak bertanya karena sama sekali tidak ada papan penunjuk jalan, apalagi, letak air terjun ini cukup jauh dari pemukiman penduduk.

Meski letaknya relatif mudah dijangkau daripada Curug Ciwalur, sampai saat ini Curug Cadasri masih sangat jarang dikunjungi, jangankan wisatawan dari luar kota, orang Sumedangnya sendiri mungkin belum banyak yang tahu tentang keberadaan air terjun ini karena memang kurang terekspose. Mereka yang datang ke curug ini hanya warga sekitar, dan para petualang yang mengetahui keberadaannya berdasar kabar atau berita dari mulut ke mulut.

Sama halnya seperti Curug Ciwalur, batuan dibalik air terjun yang tertutup “tirai” air itu dulunya terbentuk dari batuan vulkanik sisa-sisa letusan gunung api purba di Sumedang, ia terbentuk dari magma yang meleler keluar dari gunung api ke daerah yang lebih rendah. Batuan tersebut sekarang sebagian besar diselimuti lumut yang menjadi penghias “liar”nya Curug Cadasri ini.

Bagaimana, sobat? Tertarik untuk mengunjungi Curug Cadasri ini? Jika iya, bolehlah langsung dijajal, tapi jangan lupa sopan santun pada alam, jangan dirusak dan dikotori, kita jaga bersama keindahan alam Sumedang ini sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan pemilik semesta alam. Jangan corat-coret, jangan buang sampah sembarangan, kalaulah tidak mau disebut kampungan.

*special thanks to instagram @zulfyhn - @sumedang_juara - @rafimlkn - @rickynoerhikmah -- @aseprizal -  @srijayantirahmah - @ascentindonesia

Curug Kencana, Surga Tersembunyi di Desa Citengah

$
0
0
Memandangi Curug Kencana di Desa Citengah
Selamat sore sahabat, berbicara tentang curug atau  air terjun di Desa Citengah Sumedang, pikiran mereka para pecinta air terjun, utamanya anak muda Sumedang, pasti akan langsung tertuju pada Curug Gorobog, air terjun bertingkat tiga eksotis yang juga pernah dibahas di blog ini. Tidak heran, karena air terjun tersebut memang sudah dikenal sebagai destinasi wisata air terjun di Sumedang selain Curug Ciputrawangi di Desa Narimbang dan Curug Cinulang di Desa Sindulang.

Banyak yang belum tahu, bahwa di Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan masih banyak air terjun lain selain Curug Gorobog, sayang, kebanyakan air terjun itu berada di kedalaman hutan sehingga masih sangat jarang yang meng-eksplore, seperti curug yang akan admin ceritakan kali ini, Curug Kencana namanya. Curug Kencana, air terjun yang berada di blok Dewa RT 03 Dusun Cijolang, Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan ini merupakan air terjun kedua di Desa Citengah yang baru muncul ke permukaan setelah Curug Gorobog. Masih sangat jarang yang mengetahui keberadaannya.

Admin kurang mengetahui kenapa air terjun ini dinamakan Curug Kencana, adapun kata "kencana" sendiri selalu identik dengan kemegahan dan keindahan, seperti halnya curug ini. Ya, air terjun dengan ketinggian kurang lebih dua puluh meter ini sangat indah dan akan memanjakan mata siapa saja yang mengunjunginya. Air terjun bertipe tunggal dengan curahan air yang melebar, jangan tanya bagaimana sensasi mendengar deru airnya ketika bertubrukan dengan kolam di dasar air terjunnya, itu sungguh mengesankan.

Sobat ingin berkunjung ke curug ini? Tenang, admin dan sahabat instagram @barkaaah akan tunjukkan rutenya. Jika sobat ingin mengunjungi curug ini, sobat bisa mengambil rute yang sama dengan arah ke Curug Gorobog, ya, ke arah Desa Citengah. Bagi sobat yang baru pertama kali akan mengunjungi Desa Citengah, desa ini tidak terlalu jauh dari pusat kota Sumedang, dengan bertanya pada warga atau sopir angkutan, sobat akan dengan mudah menemukan arah jalannya.

Dari pusat kota (alun-alun Sumedang), sobat bisa mengambil rute menuju Desa Citengah, bagi sobat yang biasa berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di desa itu seperti Curug Gorobog, Cibingbin, ataupun kebun teh Margawindu, tentu sudah hapal sebelum memasuki tempat-tempat tersebut kita akan melewati sebuah titik dimana kita akan dimintai biaya karcis atau retribusi. Dari situlah perjalanan menuju Curug Kencana ini bisa dimulai.

Ya, sebelum masuk kawasan wisata Desa Citengah, biasanya kita akan dimintai biaya retribusi/bayar karcis oleh petugas yang berjaga. Titik tempat membayar karcis itu bisa kita jadikan patokan, karena sebelum tempat itu, kita akan melewati atau melihat jalan yang menanjak di arah kanan jalan, jalan itulah yang akan kita pakai untuk sampai ke Curug Kencana ini.

Perjalanan bisa dimulai dengan mengikuti jalan menanjak itu, jalannya sudah diaspal, cukup mudah untuk melewatinya dengan sepeda motor, jadi sobat tinggal mengikuti terus jalan itu hingga mentok dan jalan beraspal habis. Setelah jalan beraspal habis, ke arah kanan, sobat akan menjumpai jalan yang telah ditembok dengan lebar kira-kira satu meter-an, jalur itu yang diambil untuk meneruskan perjalanan. Di jalan tembok ini sobat masih bisa mengendarai sepeda motor, hanya saja harus lebih berhati-hati. Terus saja ikuti jalurnya hingga hingga jalan bertembok itu juga habis.

Sampai titik habisnya jalan tembok, sobat sudah tidak bisa lagi mengendarai sepeda motor. Sepeda motor bisa disimpan di lokasi, tapi jangan lupa dirapikan karena jalan itu ramai dilewati oleh petani yang akan pergi ke sawah atau ladangnya. Jangan lupa pula memasang kunci ganda agar lebih aman. dari situ, kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, jadi pakailah sepatu atau sandal yang nyaman untuk dipakai bertualang.

Setelah jalan tembok berganti dengan jalan setapak, sobat hanya harus berjalan mengikuti jalan setapak itu hingga menjumpai petakan sawah. Setelah sampai di sawah itu, kita akan menjumpai sebuah pertigaan, atau kita akan menjumpai dua jalur baru, ada yang ke atas, dan ada yang lurus. Di situ sobat jangan sampai salah mengambil arah, ambil arah jalan yang lurus dengan ciri adanya saung milik petani.

Jika lelah, sobat bisa beristirahat dulu di sekitaran saung. Selanjutnya, sobat tinggal mengikuti jalan setapak (yang lurus) hingga nanti akan menemui kebun pinus dan perlahan akan mendengar suara deru air terjun, jika sudah mendengar itu, maka perjalanan sudah tidak jauh lagi. Track jalan menuju air terjun ini bisa dibilang sedang dan mudah dilalui, tidak terlalu menantang, tapi kendati demikian tentunya sobat harus tetap berhati-hati dan jangan lupa membawa perbekalan, terutama air minum. Itu karena, walaupun tracknya bisa dibilang mudah, dijamin akan tetap membuat keringat bercucuran.

Jangan kaget juga jika di perjalanan sobat berjumpa dengan babi hutan ataupun monyet, karena meskipun sudah jarang, binatang-binatang itu sesekali masih suka menampakkan diri di sekitar area ini, dan jika beruntung, sobat akan menjumpai burung-burung liar dengan suara indahnya di sepanjang perjalanan.

Total, dari jalan utama menuju Desa Citengah (tempat karcis) sampai ke tempat Curug Kencana ini berada, kita akan menempuh perjalanan kurang lebih dua kilometer, dimana satu kilometer masih bisa dilalui dengan sepeda motor, dan satu kilometer lagi ditempuh dengan berjalan kaki, perjalanan yang masih bisa dikatakan mudah untuk petualangan menerabas hutan.

Sayang, meski relatif mudah dijangkau, Curug Kencana ini masih kurang tergali potensi wisatanya, padahal melihat kemegahannya, tidak mustahil Curug Kencana ini juga bisa menjadi wisata andalan Sumedang sama halnya dengan Curug Gorobog, selain itu jaraknya juga tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Bagaimana, sobat? Tertarik untuk mengunjungi Curug Kencana ini? Jika iya, bolehlah langsung dijajal, tapi jangan lupa sopan santun pada alam, jangan dirusak dan dikotori, kita jaga bersama keindahan alam Sumedang ini sebagai bentuk rasa syukur pada Tuhan pemilik semesta alam. Jangan corat-coret, jangan buang sampah sembarangan, kalaulah tidak mau disebut kampungan.

*special thanks to instagram @barkaaah

Penampakan Gerhana Matahari Di Sumedang

$
0
0
Salah Satu Gambar Penampakan Gerhana Matahari di Sumedang
Salah Satu Gambar Penampakan Gerhana Matahari di Sumedang
Pada hari ini, tepatnya tanggal 9 Maret 2016, Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang terlintasi dan dapat melihat gerhana matahari total atau biasa disingkat GMT. Meski begitu, tidak di semua wilayah kita bisa melihat fenomena sejajarnya matahari, bulan, dan bumi ini dengan sempurna. Hanya di beberapa tempat saja yaitu Bangka Belitung, Tanjung Pandan, Palembang, Sampit, Balikpapan, Palangka Raya, Palu, Poso, Luwuk, Ternate, dan Halmahera kita bisa melihat kekuasan Tuhan ini dengan bentuk yang sempurna dan menakjubkan.

Namun demikian, bukan berarti di tempat lain kita tidak bisa melihatnya sama sekali. Di Sumedang sendiri, gerhana matahari (parsial/sebagian) juga terlihat di beberapa tempat, seperti tampak pada gambar di atas adalah foto gerhana matahari di Sumedang yang diambil dari sebuah tempat di Kecamatan Situraja (07:39:22 AM) indah sekali bukan? Sungguh, Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya.

*image by : instagram @trendmorepic

Pangcalikan, Surga Arung Jeram di Sumedang

$
0
0
Sungai Cipeles, Sumedang kerap menjadi ajang arung jeram
Sungai Cipeles, Sumedang kerap menjadi ajang arung jeram. Image by :republika.co.id
Pangcalikan, Surga Arung Jeram 'Tersembunyi' di Sumedang - Sumedang memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, khususnya wisata alam dan sejarah. Namun, sayangnya, masih banyak tempat-tempat menarik yang belum terekspose dan  diketahui banyak orang. Salah satunya adalah daerah aliran Sungai Cipeles yang terletak di Desa Citepok, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang. Padahal, ‘surga’ tersembunyi bagi para penggemar petualangan air dan pecinta alam ini sangat indah dan mirip Green Canyon Cukang Taneuh, Kabupaten Ciamis .

Surga tersembunyi tampaknya tepat disematkan pada daerah Citepok. Dianugerahi tanah yang subur, daerah tersebut menjadi salah satu daerah pertanian yang menjanjikan di wilayah Sumedang. Pemandangannya pun tak kalah hebat. Pemandangan khas pedesaan dengan sawah hijau berundak-undak, akan menyambut siapapun yang datang. Dan yang paling menarik adalah daerah aliran Sungai Cipeles yang menjadi batas desa antara Citepok dan Sukatali, Kecamatan Situraja.

Kawasan aliran sungai Cipeles tersebut disebut warga sebagai kawasan Pangcalikan. Menurut kepala desa Citepok, Abdul Majid. Dahulu kawasan tersebut merupakan tempat salah satu raja Sumedang, Pangeran Aria Kusumadinata duduk dan memancing berjam-jam. Warga sekitar percaya tempat tersebut menjadi salah satu tempat kesukaan raja-raja Sumedang untuk merenung.

Daerah aliran Sungai Cipeles yang melewati  Desa Citepok memiliki kontur yang menarik. Di beberapa kawasan Pangcalikan, sungai tersebut diapit oleh dua tebing batu. Di atas tebing batu, terdapat pepohonan rimbun yang batangannya menutupi tebing dan permukaan sungai. 

Ketika musim kemarau, air sungai menjadi jernih sehingga menambah keindahan kawasan sungai tersebut. Banyak warga Sumedang bahkan menyamakannya dengan Green Canyon.

“Mungkin memang belum se-wah Green Canyon, ya. Tapi, kalau kita tata sedikit saja, dibersihkan juga, saya yakin akan sama indahnya itu,” ujar Abdul Majid, Kepala Desa Citepok saat ditemui Republika, baru-baru ini.

Keindahan inilah yang dinilai Abdul Majid memiliki potensi untuk menjadi salah satu alternatif kawasan wisata baru. Menggandeng organisasi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Sumedang, dia mulai berusaha untuk mengembangkan kawasan Sungai Cipeles. Rencananya, kawasan tersebut akan menjadi pusat rekreasi air yang memacu adrenalin, seperti arung jeram dan body rafting.

Kondisi bebatuan dan arus di Sungai Cipeles tersebut pun memang sangat cocok untuk dijadikan tempat arung jeram. Terdapat beberapa jeram di daerah aliran sungainya. Jeramnya tidak berbahaya, namun cukup menantang untuk para penggemar kegiatan arung jeram. 

Menurut Cecep, salah satu anggota Tagana, jalur arung jeram di kawasan tersebut masuk dalam grade 2 untuk ukuran jalur arung jeram. Kata dia, Tagana sudah sejak Januari lalu mulai melakukan kegiatan-kegiatan air seperti arung jeram di kawasan Pangcalikan sebagai bagian dari persiapan pemetaan jalur arung jeram.

Daerah Pangcalikan ini, kata Cecep, memiliki kedalaman yang bervariasi, mulai dari empat meter, hingga yang paling dalam di beberapa bagian, yaitu 12 meter. Jarak jalur yang akan digunakan untuk arung jeram juga cukup lumayan panjang, sekitar empat kilometer. 

Salah satu yang menjadi tantangan Tagana untuk menentukan jalur arung jeram adalah arah aliran air yang berubah-ubah di kawasan tersebut. Berubahnya arah aliran air dipengaruhi dengan jumlah debit air yang melewati sungai tersebut.

“Kalau malam atau hari kemarinnya hujan, besoknya arah aliran airnya juga akan berubah. Memang begitu karakteristik sungainya di sini. Tapi, itu salah satu tantangannya sih. Kami lihat sebagai tantangan, seninya,” ujar Cecep.

Daerah wisata ini, rencananya baru akan dibuka untuk umum pada tiga bulan mendatang. Pihak pengelola ingin memastikan dahulu daerah pangcalikan sudah matang untuk menjadi salah satu kawasan wisata, baik dari segi sumber daya manusianya maupun segi keamanannya. 

Namun, masyarakat yang ingin sekedar melihat keindahan kawasan tersebut maupun mencoba kegiatan arung jeram dapat datang langsung ke Pangcalikan. Sampai saat ini, pihak pengelola masih belum mematok atau menentukan harga bagi pengunjung yang berminat untuk melakukan kegiatan arung jeram.

Birunya Langit Rancakalong

$
0
0
Kereta Naga Paksi in Sumedang Innovative Carnival 2016
Birunya Langit Rancakalong
Langit begitu biru, begitu cerah, pemandangan yang indah. Dinginnya pagi di Rancakalong.
By @skyshucaya

Mau tahu tentang kesenian tradisional di Rancakalong? Mari cari tahu di artikel Kesenian Tarawangsa

Wilujeng Sumping Makuta Binokasi

$
0
0
Wilujeng Sumping Makuta Binokasi
Wilujeng Sumping Makuta Binokasi
Wilujeng sumping Makuta Binokasi Sang Hyang Pake di tanah Sumedang Larang.... Alhamdulillah... Siap Topping off di tugu bunderan ex-polres. 

By @eq_mendayun

Mau tahu sejarah Mahkota Binokasih? mari cari tahu di sini Mahkota Binokasih Sanghyang Pake

Kereta Kencana Naga Paksi di SIC 2016

$
0
0
Kereta Naga Paksi in Sumedang Innovative Carnival 2016
Kereta Naga Paksi in Sumedang Innovative Carnival 2016
Kereta Naga Paksi di Sumedang Innovative Carnival 2016 . By @winadianasari @agit_perwata

Kereta Kencana Naga Paksi adalah kendaraan raja-raja Sumedang di masa lalu. Mau tahu lebih banyak tentang Kereta Naga Paksi? Mari cari tahu lebih banyak di artikel Kereta Kencana Naga Paksi.
Kereta Naga Paksi in Sumedang Innovative Carnival 2016
Kereta Naga Paksi in Sumedang Innovative Carnival 2016 

Kesegaran Pagi di Sumedang

$
0
0
Kesegaran Pagi di Sumedang
Kesegaran Pagi di Sumedang
Keluarlah dan rasakanlah kesegaran pagi ini. Hiruplah lebih dalam, dan masukkan semangat pagi kedalam dirimu. By @desilaela

Ke Puncak Tampomas

$
0
0
Langit di puncak tampomas
Langit di puncak tampomas
Lakukan perjalanan. Jadilah terasing. Tersesatlah tanpa takut. Selami laut. Daki gunung. Negeri ini indah. Kau hanya perlu memulai...
Selamat Pagi ~

Puncak MT.TAMPOMAS 1684 MDPL Kab. SUMEDANG 
Langit di puncak tampomas
Langit di puncak tampomas
By @akbardama@setiapermadi93

Mau tahu cerita rakyat tentang Gunung Tampomas? Mari cari tahu di sini Sasakala Gunung Tampomas

Tugu Adipura/Bundaran Alamsari di Malam Hari

$
0
0
Tugu Adipura/Bundaran Alamsari Sumedang di Malam Hari
Its my city. Tugu Adipura/Bundaran Alamsari di malam hari. Adipura, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (wikipedia).

Photo by instagram @sem_fheme420

Mengenang Deddy 'Doa Restu' Dores

$
0
0
Deddy Dores. Image Bysenggang.republika.co.id
Mengenang Deddy 'Doa Restu' Dores - Siapa tak mengenal Deddy Dores, seniman dengan nama asli Dedi Suriadi, lahir di Surabaya 28 November 1950 dan meninggal di Tangerang Selatan 17 Mei 2016 lalu pada umur 65 tahun, merupakan penyanyi dan pencipta lagu legendaris Indonesia. Karya-karya fenomenalnya tak pernah ditinggal pecinta musik di negeri ini, yang dengannya, kini tembang-tembang ciptaannya itu akan membawa kenangan tersendiri ketika didengar kembali.

Deddy Dores, sang maestro memang tidak lahir dan dibesarkan di Sumedang, tapi darah Sumedang tetap mengalir dalam dirinya, itu pula yang membuatnya pernah berpikir untuk maju menjadi calon bupati Sumedang pada pemilihan yang akan datang (2018). Untuk mengenang beliau, berikut admin rangkum perjalanan hidup Deddy Dores dari beberapa sumber, semoga dapat menginspirasi kita semua.

  • Kakek dan Neneknya di Sumedang
VIVA.co.id – Jenazah Deddy Dores telah dimakamkan di TPU Poponclot, Desa Cijeler, Situraja, Sumedang, Jawa Barat, Rabu, 18 Mei 2016. Meskipun merupakan tempat pemakaman umum, sejumlah anggota keluarga besar almarhum dikebumikan di makam tersebut.

Suasana makamnya begitu rindang. Di kompleks pemakaman itu, kakek dan nenek almarhum juga dikebumikan.

"Setelah dimakamkan di makam keluarga, rencananya malam ini keluarga akan mengadakan tahlilan di Kopo, Bandung, kediaman almarhum," kata Agnes Hellyawati, anak pertama Deddy, di Sumedang, Jawa Barat, Rabu, 18 Mei 2016.

Agnes pun sempat bercerita mengapa ayahnya dimakamkan di Sumedang Jawa Barat.

"Kemarin sempat tanya om Yoni (saudara kandung Deddy Dores) mau dimakamin dimana, gimana kalau di Sumedang, saya langsung iyain, padahal biasanya saya suka mikir-mikir," kata Agnes lagi.

Sebelumnya, saat proses pemakaman berlangsung, keluarga terlihat tak bisa menahan tangis. Masyarakat Sumedang juga tak bisa menutupi kesedihan. Mereka ikut mengantar pencipta lagu dan penyanyi pop lawas ini ke tempat peristirahatan terakhir.

Jenazah Deddy tiba di Sumedang pukul 11.00 WIB dengan ambulans dari Jakarta. Kedatangan Deddy langsung disambut ratusan warga Sumedang yang sudah menunggu. Jenazah langsung dimandikan dan disalatkan. Setelah itu diantar ke pemakaman. (life.viva.co.id - Deddy Dores kembali bersama kakek-neneknya di Sumedang)

  •  Deddy Dores Bukanlah Nama Sebenarnya, Ini Kisahnya
TEMPO.CO, Bandung - Siapa yang tidak kenal nama Deddy Dores? Musikus kawakan kelahiran 20 Oktober 1950 dan tutup usia pada Rabu, 18 Mei 2016, ini mampu melejitkan nama Nike Ardila (almarhumah) sebagai lady rocker Indonesia. Tapi nama panjang Deddy sebenarnya bukanlah Dores. Nama aslinya adalah Dedi Suriadi dan Dores sendiri ternyata memiliki arti.

Menurut Dodi Permana, salah satu sahabat karib Deddy Dores, yang memilih nama Dores adalah pemandu bakat Deni Sabri (almarhum), orang yang berjasa mengangkat karier Deddy Dores.

"Waktu itu, Deni Sabri (wartawan majalah Aktuil) mengajak Deddy Dores dari Surabaya untuk diorbitkan di Jakarta," kata Dodi kepada Tempo, Rabu, 18 Mei 2016.

Saat akan dibawa ke Jakarta, ujar Dodi, Deddy meminta Deni Sabri mengantarnya ke rumah ibunya. Di sanalah nama Dores muncul. “Dores” sendiri memiliki kepanjangan “Doa Restu”.

"Deddy minta diantar ke ibunya dulu untuk meminta doa restu, maka Deni Sabri pun memberi julukan ‘Dores’, yang artinya doa restu," ucapnya. Doa restu dari sang ibu tidak sia-sia. Doa itu mengiringi kesuksesan Deddy Dores menjadi orang yang dikenal di seluruh Indonesia.

Sahabat Deddy Dores lain, Buky Wikagoe, yang juga kakak Nicky Astria, menambahkan, Deddy Dores merupakan musikus andal yang serba bisa. Selain terkenal karena petikan gitarnya, Deddy ternyata pernah menjadi keyboardist band rock legendaris Indonesia, God Bless.

"Pernah ditawarin main di God Bless sebentar. Jadi Deddy itu bisa ‘makan’ apa pun permintaan dari produser: bisa dan selalu bisa. Ini kelebihan dia: sangat multitalenta. Bahkan, kalau rekaman, dia sering mengisi musik sendiri," katanya.

Nama Deddy Dores kini tinggal kenangan yang tetap abadi di hati para penikmat karyanya. Menurut Buky, dunia musik Indonesia sangat kehilangan sosok seniman yang memiliki bakat luar biasa seperti Deddy Dores.

"Terakhir ketemu dia hanya bilang, ‘Yang penting kita jangan berhenti berkarya’. Dan saya yakin royalti karyanya akan terus mengalir. Mudah-mudahan jadi warisan bermanfaat untuk anak-cucunya," ucapnya. (m.tempo.co - Deddy Dores Bukanlah Nama Sebenarnya)

  • Biografi Deddy Dores
Anak muda sekarang tahu nama Deddy Dores barangkali hanya dari lagu-lagu tema cinta, dengan progresi chord sederhana. Bahkan jika saja ratusan lagu karya Deddy pada 10 tahun terakhir ini dihilangkan liriknya, niscaya akan ditemui struktur melodi yang 'seragam'. Pernah seorang penyanyi perempuan jelita mencoba menyanyikan 3 lagu Deddy Dores dalam gaya medley, “Eh, masuknya mulus bener, karena melodi dasarnya sama. Dia seperti hanya membawakan satu lagu dipanjangin, tapi liriknya beda,“ ujar musikus sahabat Deddy yang ogah disebut namanya.

Mau tak mau, Deddy Dores ujungnya menjadi pesaing terdepan dari nama-nama yang pernah tenar sebagai penemu 'warna tema cinta' pencipta lagu pop Indonesia, setara dengan Rinto Harahap, Pance Pondaag dan Obbie Messakh. Tapi, tatkala 3 nama di depan telah surut pamornya, Deddy Dores tetap berada di depan, bahkan banyak orang menyebut Deddy Dores adalah tallentscout penyanyi pop (terutama) perempuan yang paling awet bertahan.

Namanya kondang sejak Deddy Dores men-direct penyanyi jelita almarhuman Nike Ardilla, lewat album Seberkas Sinar (1990), yang khabarnya terjual 300.000 copies. Tahun 1992, Nike melepas album Bintang Kehidupan, masih dengan motor penggerak Deddy Dores. Astaga, album ini terjual 2 juta keping. Album terakhir Nike Sandiwara Cinta dari data terakhir setelah meninggalnya Nike tahun 1995, terjual 2 juta keping juga.

Di tangan Deddy Dores, Nike memang menjadi pop star untuk 6 album. Deddy berhasil mencetak mega bintang baru di musik pop (pakai unsur rock sedikit), dengan formula lirik cinta yang manis, melodi standar dan keharusan lain: penyanyinya cantik. Formula inilah yang melanjutkan pengembaraan Deddy Dores di peta musik pop negeri ini.

Lagu tema cinta, penyanyi jelita. Jika ada penyanyi laki-laki yang membawakan lagu karyanya, paling banter bernama Deddy Dores juga. 

“Saya memang mengawali terjun ke musik pop lewat rekaman suara saya sendiri,“ ujar Deddy. 

Pekerjaan itu dilakukannya pada tahun 1971, pada saat koceknya krisis karena grup Rhapsodia yang dibangunnya, belum menghasilkan dana bagus untuk menopang hidupnya. Album solo Hilangnya Seorang Gadis, cukup dikenal khalayak pop waktu itu. Deddy baru membuat album pop lagi pada tahun 1978, kali ini berduet dengan Lilian.

“Album-album pop yang saya buat pada tahun 70-an sebenarnya hanya sebagai selingan. Semacam relaksasi di tengah kegiatan saya manggung dengan Rhapsodia, God Bless dan Giant Step. Saya benar-benar cari duit di musik pop sejak ketemu Nike pada tahun 1989, dan tahun 90 merekam Seberkas Sinar itu,“ pembelaan Deddy.

Superkid, Rhapsodia & God Bless

Bagaimana awal mula Deddy menerjuni musik pop?

'Sulit sekali, karena dunia pop ini sangat njomplang dibanding kebiasaan saya manggung dengan atribut rock. Waktu itu dengan sadar saya masuki dunia penciptaan lagu-lagu cengeng. Waktu itu banyak pula kritik datang ke saya, saya melacurkan diri. Tapi bagaimana pun juga, saya perlu hidup. Orang nggak bisa tahu apa saja kebutuhan saya,“ ujar Deddy dengan ekspresi datar

“Tapi, biarlah saya main musik yang begini dulu, setelah posisi saya kuat, baru saya akan kembali ke idealis saya. Seperti sekarang ini, saya sedang menyiapkan produksi sendiri, merekam album Superkid. Ini band kebanggaan saya, yang dibangun Denny Sabri dengan formasi trio: Deddy Stanzah, Jelly Tobing dan saya. Rekaman ini mau laku atau nggak, saya nggak peduli. Yang penting, di sinilah Superkid berekspresi, dan rekaman ini benar-benar idealisme saya sendiri, dibantu kawan-kawan dari Superkid, “ tambah Deddy.

Rekaman Superkid itu menurut rencana mulai dibuat Maret 2000 ini. Band format 3 pemain ini dibangun tahun 75, sempat melakukan tour Indonesia, dengan kiblat musiknya ke Rolling Stones. Stanzah sebagai vokalis memang banyak dapat influence dari Mick Jagger. Deddy Dores pada posisi keyboard dan gitar, Deddy Stanzah pada bas dan Jelly untuk drums. Formasi ini amat mirip dengan AKA Group, cuma AKA ( Arthur Kaunang, Ucok Harahap, Syech Abidin dan Soenata Tanjung ) banyak memainkan lagu-lagu ELP, bukan Stones.

Superkid tewas pada tahun 1978, menghasilkan lagu hit 'Gadis Bergelang Emas'. Vakumnya Superkid banyak diduga karena miss-management. Entah versi kang Denny Sabri sebagai manajernya. Sebelum itu, Deddy Dores membangun grup Rhapsodia (1969-1972), yang sempat berganti nama dengan Freedom of Rhapsodia. Di tengah inilah, Deddy membuat solo album pop Hilangnya Seorang Gadis (1971). Pada tahun 1974, Deddy Dores masuk formasi God Bless, dengan formasi Ludwin LeMans (gitar), Achmad Albar (vokal). (Hitam Putih Deddy Dores - Biografi Deddy Dores)

Melestarikan Tari Wayang Sumedang

$
0
0
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang - Sejumlah anak-anak, remaja hingga dewasa tampil pada pagelaran aneka ragan seni 'Tari Wayang' oleh Padepokan Sekar Pusaka Sumedang, bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, di Teater Terbuka Taman Budaya Jabar, Jalan Bukit Dago Selatan, Kota Bandung, sabtu (14/5).

Bermacam tari wayang ditampilkan dalam acara tersebut sebagai upaya melestarikan seni tradisi agar tetap eksis dan dikenal oleh masyarakat. Hampir setiap Sabtu malam, Taman Budaya Jabar bekerjasama dengan kelompok-kelompok seni tradisi asal Jabar menampilkan aneka ragam seni tradisional, dan gratis untuk umum.
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Tari Jakasona pada pagelaran aneka ragam seni Tari Wayang oleh Padepokan Sekar Pusaka Sumedang, di Teater Terbuka Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Kota Bandung.
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Penampilan Jayengrana pada pagelaran aneka ragan seni Tari Wayang oleh Padepokan Sekar Pusaka Sumedang di Teater Terbuka Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Kota Bandung.
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Drama Tari Geusan Ulun Ngadeg Nalendra pada pagelaran aneka ragam seni Tari Wayang oleh Padepokan Sekar Pusaka Sumedang di Teater Terbuka Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Kota Bandung.

Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Melestarikan Tari Wayang Sumedang
Penampilan Tari Gatot Kaca Gandrung yang diwakan oleh anak-anak pada pagelaran aneka ragan seni Tari Wayang oleh Padepokan Sekar Pusaka Sumedang di Teater Terbuka Taman Budaya Jabar, Jl Bukit Dago Selatan, Kota Bandung, Sabtu (14/5). (Republika/Edi Yusuf)

 *dicopas dari Republika Online

Wana Wisata Puncak Damar

$
0
0
Waduk Jatigede dilihat dari Puncak Damar
Waduk Jatigede dilihat dari Puncak Damar
Waduk Jatigede, walau waduk penuh kontrovesi ini belum diresmikan sebagai objek wisata, dan sampai saat ini pengisian airnya bahkan belum selesai, tapi keberadaannya sudah menjadi daya tarik baru bagi Sumedang. Itu terbukti setiap harinya, apalagi hari libur, waduk yang jika sudah terisi penuh akan menjadi waduk terbesar ke dua di Indonesia ini selalu ramai dikunjungi.

Tak pelak, diramalkan, kedepan waduk yang pembangunannya memakan waktu hingga lebih dari setengah abad itu akan menjadi objek wisata andalan Sumedang. Tak hanya itu, waduk yang limpahan airnya digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian di daerah Pantura ini juga memunculkan objek-objek wisata baru di pinggirannya, bagai jamur di musim penghujan.

Tentu, objek wisata yang dimaksud bukan dikelola oleh swasta ataupun pemilik modal besar, melainkan oleh penduduk setempat yang coba memanfaatkan moment. Salah satu tempat wisata seperti yang dimaksud adalah Wana Wisata Puncak Damar, yang bisa dibilang merupakan tempat wisata dadakan seiring tergenangnya area waduk.

Wana Wisata Puncak Damar di Desa Pakualam, Kecamatan Darmaraja, dari namanya sudah tergambar tempat wisata ini berbeda dengan lainnya di sekitar Waduk Jatigede, yang kebanyakan menawarkan sensasi “wisata air”. Ya, karena tempatnya yang berada cukup jauh dari genangan waduk, dan berada di sebuah bukit dengan vegetasi tumbuhan yang menyejukkan, tempat ini lebih menawarkan  nuansa hutan, dimana landscape Waduk Jatigede bisa terlihat dengan jelas.

Tempat ini, karena belum benar-benar dikembangkan dan diperuntukkan bagi tempat wisata, menurut admin sebetulnya masih belum cocok juga untuk disebut sebagai objek wisata, mungkin lebih tepat jika disebut rest area. Ya, jika sobat  mengunjungi Waduk Jatigede, wana wisata ini bisa dicoba setelah berlelah-lelah dan berpanas-panas ria di waduk yang menenggelamkan banyak desa tersebut.

Berada di lahan Perhutani, yang menurut salah satu pengelola lesehan luasnya mencapai 80 hektar, wana wisata tersebut mengambil nama salah satu situs yang ada di daerah itu, yaitu Situs Puncak Damar. Situs Puncak Damar, menurutnya masih ada sangkut paut dengan sejarah Kerajaan Sumedang Larang, yaitu berupa makam salah satu leluhur yang bernama Uyut Maja.

Masih menurut pengelola lesehan, karena tempatnya yang nyaman dan strategis, dimana panasnya waduk tidak terasa tapi keindahan waduknya sendiri bisa dilihat dengan jelas, tempat ini sangat potensial untuk terus dikembangkan. Itu terbukti setiap hari libur tempat ini ramai juga dikunjungi, seolah “kecipratan” dari banyaknya pengunjung yang datang ke Waduk Jatigede.

Apalagi, di sini kita bisa merasakan lezatnya ikan khas Sungai Cimanuk, seperti diantaranya ikan Tawes dan ikan Paray. Ikan-ikan yang dimasak bukan ikan yang telah lama disimpan, atau yang tumbuh besar dalam kolam, tapi ikan segar yang setiap paginya ditangkap dari genangan Waduk Jatigede, yang dibangun dengan membendung sungai Cimanuk.

Suatu Pagi Pagi di Pacuan Kuda

$
0
0

Bersyukur itu sederhana cukup bangun pagi dan masih bisa menyaksikan keindahan alam sekitar. Wilujeung enjing Sumedang.

Lokasi : Pacuan kuda, Sumedang Utara

By @desyashah

Mau tahu lebih banyak tentang Pacuan Kuda Sumedang? Mari cari tahu di sini Pacuan Kuda Dalam Cerita

Senja di Cimalaka

Pemandangan Bukit Toga

$
0
0
Pemandangan Bukit Toga
Pemandangan Bukit Toga
Wilujeung Sumping di Sumedang. Loc : Cafe Toga

By : @islamidianis

Mau tahu serunya berwisata di Kampung Toga? Mari cari tahu di sini Berwisata Ke Kampung Toga

Alun-alun Sumedang di Malam Hari

$
0
0
Alun-alun Sumedang di Malam Hari
Alun-alun Sumedang di Malam Hari
Indahnya malam di Alun-alun Sumedang📷
By @haidedin @athifgram

Mau tahu sejarah Masjid Agung Sumedang dan Lingga? Cari tahu di sini ya Masjid Agung Sumedang & Monumen Lingga
Viewing all 114 articles
Browse latest View live